Pengakuan nyai mardusari

Nyai mardusari menuturkan nasibnya sebagai selir terakhir mangkunagoro vii. ia merasa bangga sebagai selir terakhir. satu-satunya selir yang menjadi pesinden dan penari keraton.

Sabtu, 12 September 1987

AKU telah terkenal sebagai pesinden bersuara emas dan penari yang cantik pada umur 16 tahun. Tidak hanya di Desa Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, namaku disebut-sebut, tapi juga sampai ke Solo. Bapakku, Singodimejo, seorang petani. Aku anak keenam dari tujuh bersaudara. Aku dipuja-puja para jejaka di desaku. Aku tidak tahu, ketika pada suatu hari Raja Mangkunagoro ke-7 rawuh di rumahku, untuk menyaksikan ayahku menari ataukah aku...

Berita Lainnya