Senandung kraak hampir punah
Demi sesuap nasi, belasan ribu buruh tebang meninggalkan kampung, menjelajah pelosok rimba kal-bar. kecelakaan bukan barang baru. tak ada jaminan bagi buruh. asuransi jiwa & kecelakaan tak dikenal.
Sabtu, 21 Oktober 1989
MASIH pagi. Matahari belum sepenggalah. Mahmudin terus mengayunkan kapaknya yang bergagang panjang. Kulitnya yang berwama tembaga terbakar matahari, dimabuk oleh keringat. Lalu, pangkal pohon meranti berlingkaran lebih dari semeter itu menganga dan berderak keras, bagaikan raungan hantu di tengah belantara. Kraaaaak... grusak.... Pohon setinggi 20 meter itu tumbang dan nyangsang di pohon lain. Mahmudin dan teman-temannya berusa...