Dari Rumah W.R. Soepratman sampai Tan Malaka
Banyak bekas rumah tokoh kemerdekaan dan pendiri negeri ini mengalami nasib mengenaskan. Tak terawat, setengah hancur, juga ada yang beralih fungsi. Meski sebagian sudah berstatus cagar budaya, kondisinya tetap menyedihkan. Tempo menapak tilas ke rumah-rumah mereka dari Jakarta, Padang, Surabaya, hingga Maluku. Dari rumah W.R. Soepratman, Douwes Dekker, sampai Tan Malaka. Rumah yang masih terpelihara pada umumnya lantaran ada inisiatif keluarga besar yang peduli untuk tetap menjaga kelestariannya.
Selasar antara ruang perawatan dan radiologi Rumah Sakit Adjidarmo, Rangkasbitung, Lebak, Banten, siang itu disesaki keluarga pasien. Beberapa orang tampak duduk-duduk sembari ngobrol dan merokok di pembatas selasar. Dari tempat itu, mereka bisa melihat sebuah rumah yang tak lagi utuh, terbengkalai, dan berada di area parkir rumah sakit berlantai tiga tersebut.
Senin, 10 Agustus 2015
Bangunan yang sama sekali tak layak huni itu dipercaya sebagai bekas rumah Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, pengarang buku Max Havelaar. Novel yang terbit pada 1860 ini sempat mengguncang Eropa. Pokok-pokok pemikiran dalam buku ini mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah Hindia Belanda dan melahirkan politik etis, balas budi kepada rakyat Nusantara.
Rumah itu tampak lawas, kusam, dan mungkin lebih pantas disebut gudang ketimbang rumah bekas
...