Sumpah Darah Di Bukit Keramat

Bagi suku Mollo, yang berdiam di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, air, hutan, tanah, dan batu adalah bagian dari identitas mereka. Batu adalah ritus adat yang menghubungkan mereka dengan nenek moyang. Ketika perusahaan tambang marmer menggempur Nausus dan Anjaf, bukit yang mereka keramatkan, rakyat Mollo tidak tinggal diam.

Dipimpin seorang perempuan bernama Aleta Ba'un, mereka berjuang mengusir para perusak alam. Suatu keberanian yang mengilhami suku Amanatun dan Amanuban untuk berbuat serupa. Lewat festival tahunan Ningkam Haumeni, ketiganya bersatu. Tempo menghadiri festival itu dan menyaksikan bagaimana ketiga suku tersebut bersumpah melawan segala bentuk penambangan.

Senin, 17 September 2012

Berjarak sekitar 140 kilometer di sebelah timur laut Kupang, di tepi hutan ­kawasan bukit batu Nausus dan Anjaf yang keramat, sumpah adat itu digelar pada Kamis pagi terakhir Juli lalu. Dipimpin oleh para usif, amaf, dan meob dari tiga suku, ratusan warga jelata berkumpul mengelilingi sebuah batu besar. Di atas batu itu, selembar kertas putih bertulisan beberapa baris kalimat diletakkan bersama sejumlah perhiasan sumbangan warga. Darah dari sapi

...

Berita Lainnya