Gairah Rekaman Daerah, Geliat Superstar Desa
Diam-diam industri rekaman lokal begitu bergairah di sejumlah daerah. Di Banyuwangi, misalnya, studio rekaman rumahan menjamur di desa-desa. Sementara tiga tahun lalu hanya 1-2 album yang dihasilkan dalam sebulan, kini bisa mencapai 15 album.
Banyak petani yang tiba-tiba mencoba peruntungan dengan beralih profesi menjadi produser rekaman. Pemain organ tunggal, yang biasa melakukan pentas keliling di sejumlah tempat, menjual peralatannya demi membangun studio rekaman.
Tempo menyaksikan, bergairahnya industri rekaman daerah juga melahirkan superstar lokal. Album mereka meledak, penggemarnya ribuan sampai jutaan, dan mereka kebanjiran undangan dari pelbagai daerah—bahkan luar negeri.
Ironisnya, ketika industri rekaman lokal kian bergairah, Lokananta perusahaan rekaman tertua milik negara, yang sempat berjaya pada 1970-an hingga 1980-an—justru meredup. Perusahaan rekaman ini megap-megap dan terancam mati.
Senin, 9 Mei 2011
DI sebuah bilik seluas sekitar 50 meter persegi di studio rekaman Lharos, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Victor Rayllaya takzim menyimak lagu yang tengah diputarnya. Sesekali Victor mengotak-atik program di komputer ketika musik lagu berjudul I Miss U yang dilantunkan biduanita Ratna Antika itu kurang pas di telinganya. Siang pengujung Maret lalu itu, Victor harus merampungkan proses mixing album Banyuwangi bertajuk Best of the Best Antika ter
...