Dia Mau Hidup Seribu Tahun lagi

Pelopor puisi modern Indonesia yang terkapar.

Minggu, 9 Januari 2000

KETIKA Chairil Anwar menulis larik sajaknya dalam puisi Yang Terempas dan yang Putus, "di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.), sampai juga deru angin", banyak orang yang membacanya yakin bahwa penyair ini mempunyai kekuatan paranormal: dia bisa meramalkan bahwa dirinya akan meninggal dunia. Karet memang nama sebuah kompleks pemakaman di Jakarta, dan Chairil memang segera mengembuskan napas terakhirnya pada 28 April 1949; sementara puisi tersebut ...

Berita Lainnya