Sebuah Senjahari untuk Sumartana

Theodore Sumartana berpulang. Jejak-jejaknya dalam memperjuangkan kerukunan umat beragama terpatri dengan mendalam.

Minggu, 26 Januari 2003

Sehelai koran dan sebuah kursi. Betapa sedikitnya "aksesori" yang diperlukan Theodore Sumartana untuk berpamitan kepada dunia. Kematian menjemputnya tiba-tiba. Begitu tiba-tiba sehingga dia tak perlu berurusan dengan dokter atau ampul-ampul suntikan. Sumartana tengah membaca koran di sebuah kursi ketika serangan itu membuat jantungnya bergemuruh. Teman-temannya mengira ia tengah tidur karena mereka mendengar suara dengkuran. Sesaat kemudian, tangan...

Berita Lainnya