Bertahan dari Penjara ke Penjara

Amrus mengisahkan kembali kehidupan di penjara sebagai tahanan politik. "Kepala saya sering pusing sesudah dipukul berkali-kali di bagian kepala. Petugas lain menendang dan memukul saya dengan rotan," ujarnya. Ia dipaksa mendengar dan melihat tahanan lain berteriak karena disiksa.

Senin, 21 September 2015

MALAM itu, tahun 1968, saya masih ingat cuaca cukup dingin. Saya tidur pulas selepas melukis dan mencuci film dari kamera potret keliling. Rumah saya persis di belakang Universitas Trisakti, Jakarta, berdinding bambu dan berlantai tanah. Jadi, kalau terang bulan, cahaya masuk menembus dinding.

Entah pukul berapa, tiba-tiba ada orang mengetuk pintu rumah. Tok-tok-tok...! Ternyata Pak RT. Ia diapit beberapa orang berbadan tegap, saya duga tentara

...

Berita Lainnya