"Jangan Sebut Saya Maestro"
Tentunya ini ungkapan merendah dari lelaki berumur 75 tahun ini. Idris Sardi mengenal biola dengan benar pada usia lima tahun. Idris dikenal sebagai bocah ajaib. Sejak itu, ia tak terjauhkan dari alat musik gesek ini.
Hingga kini, ribuan karya telah dia hasilkan. Puluhan album monumental dia keluarkan. Ratusan musik ilustrasi film pun ia buat. Pengalamannya bermusik sangat kaya. Ia, misalnya, pernah terlibat dalam misi Sukarno ke Papua. Sebutan musikus gila, karena itu, juga menempel padanya.
Beragam penyakit, seperti maag kronis dan kanker usus, pernah menderanya. Terakhir ia didiagnosis kanker paru-paru. Tapi itu semua tak menghalanginya terus bermusik. Bahkan kini Idris Sardi tetap sibuk dengan rekaman dan persiapan konser di Malaysia pada Januari mendatang. Tempo menemuinya di studio dan di rumah kerabatnya.
Senin, 21 Oktober 2013
Idris Sardi terbatuk-batuk. Namun sang maestro biola tak menghentikan obrolan. Bahkan, ketika suaranya seolah-olah tercekat, Idris terus mengisahkan kehidupannya. "Minum dulu," Santi Sardi, anaknya, menyarankan. "Papa kecapekan," kata Santi menjelaskan kondisi ayahnya.
Idris Sardi memang baru beberapa hari pulang dari Kuching, Sarawak, Malaysia, saat kami temui. Di sana ia menggelar konser "Tribute Concert to P. Ramlee". Selama satu setengah jam, au
...