Gurunya Guru Bahasa Indonesia

Namanya mulai dikenal luas lewat tayangan Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di Televisi Republik Indonesia pada akhir 1970-an. Juga lewat puluhan buku, artikel, dan naskah akademik yang mengangkat problem-problem kebahasaan di Indonesia. Orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan "Pak Badudu". Ia merupakan satu di antara beberapa ahli bahasa yang dikenal luas. Yus Badudulah yang sekali waktu pernah mengatakan pengajaran bahasa Indonesia dan sastra di sekolah-sekolah kita gagal lantaran tidak membuat para siswanya menjadi orang yang mahir berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.

Penguasa Orde Baru sempat tersinggung oleh kritiknya tentang pejabat yang suka menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar. Kepakaran dan kepopuleran Yus Badudu di bidang bahasa Indonesia bahkan melampaui citra lembaga Pusat Bahasa. Tidak aneh jika dulu kita kerap mendengar penjelasan pengajar bahasa dengan frasa ­pembuka: "Menurut Yus Badudu…."

Kini, di usianya yang sudah 87 tahun, Yus hidup dalam sunyi di Bandung. Setelah dua kali ia mendapat serangan stroke, hampir tak ada bahasa apa pun yang keluar dari mulut orang yang dijuluki pakar bahasa Anton M. Moeliono sebagai "Gurunya Guru Bahasa" itu. Dia pun luput dari perhatian dan penghargaan. Tempo menemui Yus Badudu.

Senin, 9 September 2013

Terik matahari menyirami lahan perbukitan kawasan Dago, Bandung, Ahad awal Juli lalu, dua hari menjelang bulan puasa. Di salah satu rumah yang ukurannya cukup besar dengan pekarangan seluas dua kali lapangan basket di Jalan Bukit Dago Selatan Nomor 27 di perumahan dosen Universitas Padjadjaran itu, Jusuf Sjarif Badudu tinggal menikmati masa tuanya bersama istri, satu dari sembilan anaknya, menantu, serta dua cucunya.

Rumah itu merupakan saksi bi

...

Berita Lainnya