Kita Butuh Gerakan Publik untuk Arkeologi

Usianya sudah mendekati kepala delapan, tapi Mundardjito masih penuh semangat dalam menjaga serta merawat benda dan situs cagar budaya. Ia satu dari sedikit arkeolog yang berani mengambil risiko. Ia tak peduli harus berhadapan dengan menteri ataupun bupati.

Ia menganggap Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia kurang gencar melakukan advokasi untuk melindungi situs-situs arkeologi yang terancam penjarahan ataupun perusakan. Ia ingin mengembangkan public archeology, gerakan masyarakat untuk melestarikan cagar budaya.

Baginya, di antara kepentingan pembangunan fisik dan pembangunan budaya, arkeologi harus muncul sebagai manajemen yang pandai meresolusi konflik.

Minggu, 31 Maret 2013

Lelaki tua berambut perak itu terpaksa menyudahi pekerjaannya pada pagi pertengahan Februari lalu. Padahal jarum jam belum tepat menunjukkan pukul 09.00 seperti yang ia janjikan untuk menerima wawancara. "Tidak apa-apa, saya sudah tiga malam tidak tidur menyelesaikan paper untuk buku UI Bersih ini," ujar Mundardjito di ruang tamu rumahnya di kompleks dosen Universitas Indonesia, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur.

Tidur setelah pukul 02.00 dan

...

Berita Lainnya