"Yang Tidak Setuju, Ya minggir Saja"

Setelah 20 tahun tak menyentuh sepatu, Pramoedya Ananta Toer "terpaksa" mengenakannya untuk sebuah perjalanan jauh. Ke New York. Diiringi anggota Partai Rakyat Demokratik, keluarganya, wartawan asing dan lokal, serta kamera televisi asing yang merekam keberangkatannya ke Bandara Cengkareng, Pram melangkahkan kakinya—dalam rangka memenuhi undangan ke AS. Di sana Pram akan meluncurkan buku terjemahan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Ia mengenakan sepatu.

Senin, 3 Mei 1999

SEBELUM berangkat, Pram bersedia menerima Mustafa Ismail, Arif Zulkifli, Hermien Y. Kleden, Mardiyah Chamim, dan fotografer Robin Ong dari TEMPO hingga beberapa kali. Sembari mengenakan kaus putih dan kain sarung, Pram, ketika menjawab pertanyaan TEMPO, sesekali suaranya meninggi dan keras tatkala menjawab pertanyaan agak sensitif. Lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 sebagai anak sulung dari sembilan bersaudara, Pram mengaku ayahnya se

...

Berita Lainnya