Setelah Sang Naga Bebas Menari
Seputar Tahun Baru Imlek pekan lalu, budaya Cina menjadi item atraktif. Stasiun-stasiun televisi tak mau kalah berlomba menyuguhkan acara yang memiliki unsur kecinaan. Sebuah film baru berjudul Ca Bau kan, yang diangkat dari novel Remy Sylado yang mengangkat budaya Cina, ikut meluncur memanfaatkan momentum ini. Iklim kebebasan yang dimulai pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid jadi faktor utama kemeriahan ini. Namun, setelah 30 tahun lebih terpasung, ada upaya agar kesenian Cina bisa kembali berekspresi. Ikuti liputan TEMPO tentang kesenian dan kebudayaan Cina, yang kembali bersinar di Indonesia.
Minggu, 17 Februari 2002
Sang Ular menggeliat meninggalkan sebuah masa. Gumam doa dan asap hio wangi seperti tak henti membalur ruang sembahyang Vihara Dharma Bhakti menyambut derap kaki sang Kuda. Sinar ratusan lilin dan lampion merah menyala membuat warna keemasan meja ibadah memantul di tiang-tiang vihara. Suasana di rumah ibadah berusia sekitar 500 tahun di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat, ini memang begitu semarak Senin malam pekan lalu. Ribuan pengunjung ketu...