Dullah, Museum, dan Murid-muridnya

Pada 19 September lalu, Museum Dullah di Solo menggelar acara tasyakuran ulang tahun Dullah (almarhum) ke-97. Ratusan tamu undangan memasuki museum yang sehari-hari ditutup untuk umum itu. Dullah (1919-1996) adalah pelukis realis Indonesia terkemuka. Bung Karno menyebut lukisan Dullah, yang menggambarkan wong cilik, sebagai "lukisan Marhaen". Presiden Sukarno kemudian memanggil Dullah untuk menjadi pelukis Istana. Sepanjang kariernya sebagai pelukis, Dullah termasuk sangat produktif, terutama ketika ia pindah ke Bali dan mendirikan sanggar di Pejeng, Gianyar. Di Bali, ia memiliki banyak murid. Yang menarik, Dullah pernah meneruskan lukisan-lukisan muridnya yang dianggap bagus, kemudian dia tanda tangani. Ikutilah kesaksian para murid tertua Dullah dari Semarang yang ikut hijrah ke Bali.

Senin, 3 Oktober 2016

Suasana sepi langsung menyergap ketika Tempo memasuki Museum Dullah di Jalan Cipto Mangunkusumo 15, Solo, Jawa Tengah, Rabu siang pekan lalu. Tak ada satu pun pengunjung di dalam museum yang diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan pada 1 Agustus 1988 itu. Hanya ada dua orang yang menemani Tempo, Sigit Suhendro, pengelola museum, dan Herri Soedjarwanto, bekas murid Dullah.

Memang, setelah Dullah meninggal pada 1996, masyarakat um

...

Berita Lainnya