Indonesia LAB, Frankfurt, dan Tari Kontemporer Kita

DI Frankfurt, Oktober ini, selama Frankfurt Book Fair 2015, sastra dan seni Indonesia hadir di mana-mana. Tak hanya di kompleks pameran buku di kawasan Messe. Di berbagai sudut Frankfurt, dari galeri, bibliotek, kampus, museum, sampai kafe, para sastrawan Indonesia berdiskusi dan para perupa berpameran. Salah satu yang terpenting adalah Festival Indonesia LAB, yang digagas komunitas seni alternatif Mousonturm Frankfurt bekerja sama dengan Goethe-Institut. Festival ini berlangsung dua minggu sebelum perhelatan Frankfurt Book Fair, 14-18 Oktober. Festival mengundang penari-penari Indonesia masa kini mementaskan karya mereka serta mendiskusikan tubuh dan identitas Indonesia secara tematik. Ikuti laporan wartawan Tempo, Seno Joko Suyono, dari Frankfurt.

Senin, 19 Oktober 2015

TUJUH pasang kaki penari remaja Jailolo itu berderap. Berlompatan bagaikan pegas. Hampir satu setengah jam. Mereka bergerak membentuk berbagai formasi. Seperti kelompok ikan di dasar laut, seorang menyisih dari kelompok, memecah, menyebar, mengumpul lagi. Semua dilakukan dengan kaki-kaki yang terus-menerus bouncing, bergetar. Stamina mereka luar biasa. Peluh bercucuran.

Selama dua malam berturut-turut, Cry Jailolo karya Eko Supriyanto mengundang

...

Berita Lainnya