Karena Jimat di Pantat

Minggu, 16 Februari 2003

Tulisan tangan itu diterakan di atas kertas lusuh. Goresannya rapi meski kertas dalam buku tipis itu penuh bercak keringat. Di sana sang penulis mengeluh. "...Mereka menghajar mukaku sehingga bibir bawahku pecah. Lalu, telinga kanan-kiriku ditiup kuat-kuat, layaknya meniup balon dengan menggunakan pompa. Setelah itu, mereka berkata, "Maaf, Ustad, kami melakukan semua ini karena tugas."

Imam Samudra menuliskan kisah itu dengan galau. Setelah

...

Berita Lainnya