Thukul dan Sipon

Anjing nyalak
Lampuku padam
Aku nelentang
sendirian

Kepala di bantal
Pikiran menerawang
Membayang pernikahan
(pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam)

Kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat
Aku ini penyair miskin
Tapi kekasihku cinta
Cinta menuntun kami ke masa depan….

DUDUK di meja ruang tamu, Wiji Thukul membacakan puisi berjudul "Catatan Malam" karangannya itu di hadapan tuan rumah, Siti Dyah Sujirah. Malam itu, 24 Februari 1988, Sipon—begitu Siti biasa dipanggil—duduk terpekur, terdiam dengan hati berbunga-bunga. "Kalau kamu perempuan itu, mau atau tidak jadi pacarku?" kata Thukul kepada Sipon. Tak perlu waktu lama bagi Sipon untuk menerima permohonan pria yang baru sebulan dikenalnya itu.

Minggu, 12 Mei 2013

Anjing nyalak
Lampuku padam
Aku nelentang
sendirian

Kepala di bantal
Pikiran menerawang
Membayang pernikahan
(pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam)

Kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat
Aku ini penyair miskin
Tapi kekasihku cinta
Cinta menuntun kami ke masa depan….

DUDUK di meja ruang tamu, Wiji Thukul membacakan puisi berjudul "Catatan Malam" karangannya itu di hadapan tuan rumah, Siti Dyah Sujirah. Malam itu, 24 Februa

...

Berita Lainnya