Biji Tumbuh Perlawanan Buruh

DIA lahir dari keluarga penarik becak. Berhenti sekolah untuk bekerja agar adik-adiknya bisa melanjutkan studi. Ia sendiri menggelandang, mendirikan grup teater, mengamen puisi ke kampung dan kota-kota, lalu menabalkan diri sebagai aktivis pembela buruh. Namanya ada di barisan demonstran Kedungombo, Sritex, dan sejumlah demonstrasi besar di Solo. Setelah masuk Partai Rakyat Demokratik, ia hijrah ke Jakarta menjelang reformasi 1998. Ia hilang tak tentu rimba. Tapi puisinya abadi dan menjadi teriakan wajib para demonstran: hanya ada satu kata: Lawan!

Minggu, 12 Mei 2013

Biji yang Tumbuh dari Kor Kapel
Di masa remaja, dia Katolik yang aktif dalam kegiatan gereja. Sajaknya banyak dipengaruhi seorang tukang kebun bernama Pardi.


Kapel Sorogenen, Solo. Kapel itu pada suatu waktu pernah menjadi tempat mengasyikkan bagi Wiji Thukul remaja. Wahyu Susilo, adik Thukul, ingat setiap Ahad pagi kakaknya itu selalu mengajaknya bersembahyang di kapel Sorogenen, dekat rumah mereka di Solo, Jawa Tengah. Wahyu dan Thukul terpau

...

Berita Lainnya