Jejak Berdarah Sang Pembasmi

Pekan pertama November, 22 tahun lalu, Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhie Wibowo menutup mata. Setelah hampir delapan bulan mengalami koma di ranjang rumah sakit, prajurit TNI asal Purworejo, Jawa Tengah, itu mengembuskan napas terakhir. Stroke menamatkan hidupnya pada usia 62 tahun.

Bagi banyak orang, Sarwo Edhie Wibowo akan selalu dikenang sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat yang berperan membumihanguskan Partai Komunis Indonesia pascatragedi 30 September 1965. Dialah yang menggerakkan pasukan khusus Angkatan Darat berkeliling Jawa dan Bali, berbulan-bulan menangkapi tokoh merah di daerah, dan melatih pemuda Nahdlatul Ulama menjadi ujung tombak operasi besar melumpuhkan basis-basis PKI.

Tak ada angka pasti berapa orang yang tewas pada masa kelam itu. Hampir semua riset sejarah menunjuk angka ratusan ribu. Di banyak pelosok Jawa, air sungai-sungai merah oleh darah. Sedikit atau banyak, jejak Sarwo Edhie Wibowo ada di sana.

Senin, 7 November 2011

Manuver Komandan Baret Merah

Menguasai pasukan khusus, Sarwo Edhie bergerak cepat mengendalikan Jakarta. Dimanfaatkan Soeharto melibas Gerakan 30 September.


PAGI masih gelap. Lampu jalan menyala temaram. Kristiani Herrawati sedang mengerjakan tugasnya, menyapu ruang tamu. Ketukan keras mengejutkan remaja sekolah menengah pertama itu. Karena tak mendapat sahutan, sang tamu menggedor. Dengan hati-hati, Kristiani membuka pintu. Seorang pria berd

...

Berita Lainnya