Legasi Tak Berujung
Kepemimpinan Soeharto diwarnai subyektivitas diri yang begitu kuat. Ia mewujudkan Indonesia yang ”makmur”, sentralistis, serta disegani tanpa peduli demokrasi dan hak asasi manusia. Keruntuhannya dimulai dari keagresifan anak-anaknya dalam berbisnis.
Senin, 4 Februari 2008
Jakarta, 1966. Soekarno yang memerintah enam tahun dengan Demokrasi Terpimpin yang gegap-gempita itu digantikan seorang tentara pendiam. Ia tampan, di tangannya ada selembar surat mandat berkuasa: Supersemar.
Sejak itu, bahkan berpuluh-puluh tahun berselang, setelah jenazahnya dikebumikan di Astana Giribangun, Karanganyar, Senin pekan lalu, jenderal pendiam itu terus mengharu biru bangsa ini. Ya, Soeharto (1921-2008) tak berhenti di situ.
Ada
...