Makin Runcing Perajin Canting
Suara logam beradu terdengar nyaring bersahutan dari sebuah rumah di tengah Desa Landungsari, Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa pertengahan September lalu. Di bengkel kecil beralas tanah, Miftahul Aziz menghantam cepat lempeng tembaga berwarna cokelat kemerahan di atas bantalan tongkat besi hingga membentuk canting dengan pucuk mencuat lurus. Di hadapannya, sang adik, Aminudin, menggosok satu per satu canting. Perlahan dia membengkokkan pucuk-pucuk canting. “Kalau terlalu keras ditekan, canting bisa patah atau mampet dan tak bisa dipakai,” kata Aminudin.
Tempo
Jumat, 5 Oktober 2018
AZIZ dan Aminudin adalah keluarga pembuat canting yang tersisa di Landungsari. Mereka mendapatkan pengetahuan membuat canting dari sang ayah, Khozazi. Meski usianya menginjak 78 tahun, Khozazi masih sigap memanggang dan menempa canting. Ia pun memperoleh ilmu membuat canting dari ayahnya, Ahmad Hasan. “Ini jadi seperti warisan keluarga untuk mempertahankan canting,” ucap Aziz.
Canting ibarat senjata utama para perajin batik tulis. L
...