Ekonomi Jarak Pagar
Keluarga-keluarga miskin di pedalaman NTT—dipelesetkan menjadi ”Nasib Tidak Tentu” atau ”Nanti Tuhan Tolong” karena kerap terkena bencana alam, kekeringan, dan busung lapar terbiasa menggunakan biji jarak ditusuk lidi bak satai untuk penerangan malam hari.
Senin, 1 Agustus 2005
Alhilal Hamdi
SERAYA membayangkan kerabat Julius Bobo di desa terpencil Sumba Barat yang tak terjangkau listrik, dan tak mampu membeli lilin atau minyak tanah, saya menyulut bijih-bijih jarak kiriman dari Nusa Tenggara Timur. Rangkaian tujuh biji jarak pagar terbakar, dan api tanpa asap bertahan sepuluh menit, juga aroma wangi kacang-kacangan merebak di ruang-an.
Keluarga-keluarga miskin di pedalaman NTT dipelesetkan me