Apa mungkin?

Dialog antaragama cenderung konfrontatif bila menyinggung soal penyebaran agama. dialog bisa lebih terbuka bila menghormati agama lain.

Sabtu, 12 September 1992

"Menarik!" bisik seorang sahabat saya ketika membaca "Jembatan Baru dalam Kehidupan Beragama" (TEMPO, 29 Agustus 1992, Agama). Saya pun sepakat dengan pernyataan spontan itu. Lalu, teman saya melanjutkan, "Betapa mengagumkan bila pada suatu forum yang heterogen itu, pengalaman-pengalaman keimanan saya, atau lebih jauh lagi, pengalaman-pengalaman spritual saya dapat dipahami atau dirasakan peserta lainnya." Padahal, katanya lagi, dalam kondisi...

Berita Lainnya