Bangga bercampur prihatin
Sabtu, 29 Desember 1990
Saya bangga setelah membaca "Bahasa Indonesia Masuk Australia" (TEMPO, 17 November 1990, Pendidikan). Tapi bukan berarti saya berhenti prihatin. Pada kenyataannya, di negeri sendiri, bahasa Indonesia belum menjadi tuan rumah di semua tempat. Tengok saja di kota-kota besar, terutama di kawasan elite. Papan nama bertuliskan: Medical Centre, Plaza, Department Store, Fried Chicken, dan lain-lain. Ini seolah-olah mengatakan bahwa bagi yang be...