Kalam, terlalu lama

Sabtu, 18 Mei 1991

Membaca Kalam pada TEMPO, 4 Mei 1991, saya gembira dan sekaligus kecewa. Gembira karena Kalam akan dipermanenkan. Kecewanya, terbitnya kok empat bulan sekali. Padahal, sastrawan kita yang kreatif cukup banyak. Di antaranya, Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Jajak MD, Beni Setia, Taufiq Ismail, Rendra, Abdul Hadi, Afrizal Malna, Goenawan Mohamad. Saya yakin, sebulan sekali saja masih bisa dicapai. Be opt...

Berita Lainnya