Keberatan disebut dukun

Sabtu, 8 Agustus 1992

Saya, putra Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sekaligus koordinator surau beliau di banyak tempat, agak keberatan terhadap Laporan Khusus TEMPO, 18 Juli 1992. Sebab, berita yang ditampilkan menggiring opini publik seolah-olah ayah saya itu berprofesi dukun. Orang tua saya berprofesi sebagai ulama atau tokoh sentral dari ratusan surau Tarikat Naqsabandiyah pada beberapa tempat di Indonesia dan luar negeri. Ia juga cendekiawan (rektor dan guru ...

Berita Lainnya