Sebutir Kepala untuk Kemajuan Ilmu

Minggu, 9 Maret 2003

Persoalannya mungkin sesederhana ini: ia berutang budi, lalu membayarnya dengan kepala. Dulu, pada 1998, anaknya yang bungsu menderita kanker otak. Anak remaja yang kala itu berusia 13 tahun itu menderita berat. Mula-mula penglihatannya kabur, kemudian pendengaran berkurang, langkahnya melayang, kejang-kejang, bahkan lalu sempat koma beberapa hari. Hati Memed, sebut saja begitu panggilannya, seperti diiris, tapi tak kuasa meringankan penderit...

Berita Lainnya