Mempersoalkan kembali modernisasi dan universalisme

Kalam, lembaran pemikiran budaya dan karya sastra, berikut merupakan edisi keempat. yang pertama, terbit 4 mei 1991, tentang wanita dalam karya sastra indonesia. edisi kedua, 17 agustus 1991 menampilkan foto esei tentang indonesia dekat setelah proklamasi, foto-foto yang dibuat oleh pemotret prancis kenamaan, cartier bresson. yang ketiga, 4 januari 1992, menyajikan dua esei: tentang seni rupa elit dan seni rupa rakyat dan tentang polarisasi dalam seni tari kita. mulai edisi keempat ini bentuk kalam diperkecil, merupakan kesepakatan para pengasuh, atas usul dari tim disainer. agar ke"kalam"annya lebih tampil, katanya. dan di antara pengasuh, seperti yang anda baca, ada nama baru: nirwan dewanto. selain ikut merencanakan dan menulis, nirwan kami serahi mengurus rapat pengasuh hingga naskah siap di meja tata letak. yang diharapkan, kalam bisa terbit lebih teratur, empat bulan sekali seperti yang kami rencanakan. pengasuh: goenawan mohamad, bambang bujono, budiman s. hartoyo, jim supangkat, putu wijaya, leila s. chudori, nirwan dewanto.

Sabtu, 4 Juli 1992

Mempersoalkan Kembali Modernisme dan Universalisme BERABAD-ABAD lalu, ketika raja-raja lokal di Asia dan Amerika Selatan masih menganggap dirinya keturunan dewa dan penguasa dunia, Eropa mulai mengirimkan kapal-kapal ekspedisinya ke seluruh penjuru dunia. Mulailah penaklukan, dan kemudian penjajahan. Seraya menganggap bangsa-bangsa kulit berwarna masih tercekam kegelapan mistis di tanah jajahannya, Eropa mendesakkan ide-ide humanisme, ...

Berita Lainnya