Amartya Sen: "Di Indonesia, Mereka yang Tertindas Kehilangan Suaranya"

Minggu, 2 Desember 2001

CAMBRIDGE, ratusan kilometer sebelah timur London, suatu siang di bulan Oktober. Jam pasir di halaman kampus Trinity College menunjukkan pukul 11 ketika pria supersibuk itu meninggalkan ruang rapat sebelum waktunya. "Maaf," katanya menyambut TEMPO, "saya hanya punya waktu sedikit untuk wawancara." Amartya Sen, pemenang Nobel 1998, orang yang mengabdikan hampir seluruh pemikirannya untuk orang miskin, tampak sangat sederhana. Kemejanya tanpa dasi ...

Berita Lainnya