Kurasawa dan Pemberontakan Pesantren Era Romusha

Buku Indonesianis asal Jepang, Aiko Kurasawa, 68 tahun, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial Pedesaan di Jawa 1942-1945, yang baru diterbitkan ulang tahun ini, adalah buku yang langka. Buku yang bertolak dari disertasi doktornya di Universitas Cornell itu secara komprehensif mengetengahkan kepada kita mobilisasi yang diterapkan Jepang dengan romusha dan lain-lain untuk mengeksploitasi pedesaan Jawa.

Sebuah mobilisasi yang menyengsarakan rakyat sampai membuat beberapa pesantren memberontak. Perlawanan pertama terhadap Jepang itu ditunjukkan oleh Pondok Pesantren Sukamanah di Tasikmalaya, yang dipimpin Kiai Zainal Mustafa, kemudian diikuti pemberontakan petani Indramayu. Kajian sejarah sosial pedesaan pada zaman Jepang seperti yang dilakukan Aiko masih tergolong langka. Karena itu, Tempo mengulas buku tersebut dan mewawancarai Aiko. Termasuk menanyakan apakah betul karena menulis buku itu ia dicap kiri oleh kalangan tertentu di Jepang dan mendapat berbagai tekanan lewat kampanye hitam.

Senin, 9 Maret 2015

Perlawanan pecah di Pondok Pesantren Sukamanah di Desa Cimerah (kini Desa Sukarapih), Kecamatan Sukarame, Tasikmalaya, Jawa Barat, 71 tahun silam. Kamis pagi itu, empat opsir Jepang mendatangi pondok yang berada sekitar 30 kilometer dari Kota Tasikmalaya tersebut untuk membawa pemimpin pondok, Kiai Haji Zainal Mustafa, menghadap pemerintah Jepang di Tasikmalaya. Kontan saja para santri mengusir keempatnya. Kemarahan para santri tak terkendali ke

...

Berita Lainnya