Sukhoi Berselimut Kabut

Jika tiada aral, empat jet tempur Sukhoi akan melesat di atas dirgantara Indonesia pada 5 Oktober nanti—sebuah kado bagi hari jadi TNI ke-58. Dibeli dengan cara imbal dagang dari pemerintah Rusia, pesawat itu—plus dua helikopter serbu Mill—bernilai total Rp 1,7 triliun lebih. Adalah Menteri Rini M.S. Soewandi yang tampil sebagai dirigen, jika proses pembelian ini diibaratkan sebuah orkestra. Namun, beberapa saat setelah pesawat dipanjar—tunai, Rp 220,3 miliar lebih—orkestra Sukhoi tak lagi harmonis: sebagian anggota DPR mencium sederet tanda tanya dalam proses belanja jet-jet tempur ini. Antara lain, sumber pembiayaan yang tak berasal dari anggaran yang sudah diundangkan—praktek yang lazim dikenal pada masa Orde Baru. Akuntabilitas proses pembelian Sukhoi adalah pertanyaan terpenting yang harus dijawab pemerintah kepada publik. Tim investigasi TEMPO menelisik sejumlah kejanggalan di balik pembelian pesawat Rusia ini. Berikut laporannya.

Minggu, 20 Juli 2003

Dalam lembar-lembar buku agendanya, Effendi Choirie bisa jadi tak akan mencantumkan jadwal perjalanan ke Gresik, Jawa Timur—daerah yang suaranya dia wakili dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)—pada pekan-pekan ini. Ini memang masa reses, saat para anggota parlemen ramai-ramai "pulang kampung" untuk bersilaturahmi dengan para konstituen. Tapi tidak bagi Effendi dan sekitar 17 anggota DPR lainnya. Mereka adalah anggota Panitia Kerja Sukhoi di DPR ...

Berita Lainnya