Jika Pangeran Cendana Pelesir ke Cipinang

Tommy Soeharto tahu betul apa artinya uang di negeri korup seperti Indonesia. Dengan uang yang dikeruk dari bisnis makmur semasa ayahnya berkuasa, dia bisa membeli hampir apa saja. Kenyamanan penjara, keadilan, loyalitas.

Penjahat legendaris Al Capone—jika masih hidup—akan iri mendengar kisahnya. Tommy bisa menempati sel ber-AC di Penjara Cipinang, bebas bertemu siapa saja, dan leluasa mengatur bisnisnya—yang terus bernapas di kala pengusaha lain terpelanting oleh krisis. Dan dari situ, dia juga bisa memilih sendiri pengawal yang ia inginkan.

Inilah sudut gelap lain sistem peradilan kita, yang akan membuat banyak orang senang menjadi penjahat yang sebesar-besarnya. Dan malanglah penjahat kecil-kecilan—investigasi TEMPO menemukan, antara lain, sekitar 40 orang yang kini dilempar ke penjara lainnya atas dosa memprotes keistimewaan Tommy.

Pekan silam, narapidana ternama ini muncul di satu ruang pamer Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, yang telah disulap menjadi ruang sidang. Anak mantan presiden Soeharto itu didakwa untuk kasus pembunuhan Hakim Agung Kartasasmita.

Menang atau kalah, Tommy sesungguhnya telah memenangi penjara, bui, yang kini menjadi tempat tinggalnya.

Senin, 6 Mei 2002

Irisan tumpeng itu disiapkan sendiri oleh Raden Ajeng Pramesti Regita Cahyani. Dia memotongnya, menambahkan potongan ayam, tempe kering, telur, plus sayur-sayuran. Di tengah lalu-lalang manusia yang memenuhi satu ruang rapat besar tempat hajatan hari jadi PT Humpuss ke-18 pada 23 April silam, istri Tommy Soeharto yang jelita itu membungkus oleh-olehnya dengan ketelitian seorang istri yang berbakti. Kotak tumpeng itu lalu berpindah tangan ke Indri

...

Berita Lainnya