DI Kuala Lumpur, Selasa pekan lalu, mereka mulai menghitung waktu: tak lebih dari separuh hari lagi, segalanya berubah. Mindanao, yang empat dasawarsa ini terlilit konflik berdarah, akan menjadi daerah damai.

Optimisme para politikus Filipina telah melambung begitu tinggi, sampai akhirnya mereka mendengar sebuah berita yang menusuk: Mahkamah Agung Filipina membatalkan rencana penandatanganan perjanjian damai pemerintahnya dan kelompok separatis