Pergulatan Keindonesiaan Siauw

Bagi sebagian orang Tionghoa di Indonesia mulai akhir 1940-an hingga pertengahan 1960-an, Siauw Giok Tjhan adalah tokoh yang aktif terlibat dalam gagasan mengindonesiakan orang Tionghoa. Ia percaya golongan Tionghoa yang sudah hidup bergenerasi di Indonesia berhak mendapatkan status suku setara dengan suku lain, seperti Jawa, Sunda, Melayu, Batak, dan Ambon. Untuk melebur ke dalam bangsa Indonesia sebagai suku, menurut Siauw, orang Tionghoa tak perlu menghilangkan ciri ketionghoaannya. Demi tujuan itu, ia membentuk Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) pada 13 Maret 1954. Baperki banyak membangun sekolah. Juga mendirikan perguruan tinggi swasta pertama: Universitas Baperki, yang kemudian menjadi Universitas Res Publica (Ureca). Dalam kepemimpinan Siauw, Baperki condong mendekat ke sumbu kekuasaan, yang berorientasi kiri. Akibatnya, pada 15 Oktober 1965, setelah terjadi tragedi Gerakan 30 September, kampus Ureca di Grogol dibakar massa. Tanggal 23 Maret lalu tepat 100 tahun kelahiran Siauw. Tempo ingin menyajikan kembali pergumulan hidupnya dan tulisan yang menampilkan kesaksian mengenai pembakaran Universitas Res Publica.

Senin, 31 Maret 2014

Auditorium Hotel Seruni 3 di kawasan Cisarua, Bogor, Minggu dua pekan lalu. Santap malam 300-an peserta reuni itu baru saja usai. Suasana kangen-kangenan kemudian menjadi khidmat. Pembawa acara meminta hadirin yang rata-rata berusia di atas 60 tahun itu berdiri dari kursinya. Para opa dan oma mengambil posisi siaga. Tatkala musik dari alat pemutar terdengar, mereka pun menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada yang bersemangat, bernyanyi sambil menemp

...

Berita Lainnya