13 Malam Mengenang Karbala

Selepas isya pada malam tahun baru Islam, warga Bengkulu memulai pesta. Tetabuhan perkusi khas bernama dol dan tassa riuh terdengar sejak malam itu hingga hari ke-13 Muharam. Itulah perhelatan keriaan rakyat yang dikenal dengan tabut. Awalnya ritual ini bermuatan religius, untuk memperingati hari berkabung atas wafatnya Husein, cucu Nabi Muhammad yang terbunuh di Karbala, Irak, pada 680.

Tapi kini tabut berubah menjadi acara budaya tahunan lantaran menguatnya tudingan sebagai perbuatan syirik atas kegiatan itu. Meski sudah diselenggarakan ratusan kali saban tahun, sejarah tabut penuh misteri. Kapan dan siapa yang membawa budaya ini serta dari mana asalnya tidak ada bukti otentik yang menjelaskannya. Tempo berusaha menelisiknya.

Senin, 2 Desember 2013

Di Bengkulu, hujan turun pada malam Asyura, 9 Muharam, bertepatan dengan 14 November 2013. Hujan yang seakan-akan bercerita tentang kejadian murung lebih dari 1.300 tahun silam: pembantaian yang terjadi manakala Daulat Umayyah memperkukuh posisi politiknya sebagai pemangku kekhalifahan. Mereka membunuh cucu Nabi Muhammad SAW, Husein—beserta ratusan pengikutnya yang setia—sekaligus di pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, Irak.

Sejak it

...

Berita Lainnya