Filsuf dari Bukit Menoreh

Nicolaus Driyarkara, SJ (1913-1967) adalah nama besar di dunia filsafat Indonesia. Namun sosoknya tak banyak dikenal. Yang mengetahuinya boleh dibilang hanya kalangan pemimpin gereja Katolik, pendidik, dan intelektual. Itu lebih karena dia seorang Jesuit, pengajar, dan filsuf. Dia pernah berkiprah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (kini Universitas) Sanata Dharma, Yogyakarta. Namanya ditabalkan sebagai nama lembaga pendidikan tinggi filsafat di Jakarta, STF Driyarkara.

Pastor kelahiran Kedunggubah, sebuah desa di lereng pegunungan Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah, itu sesungguhnya seorang pemikir yang sangat peduli terhadap nasib bangsanya. Driyarkara mengamati, mempertanyakan, menggugat, memberi makna, dan kemudian menawarkan jalan keluar bagi pelbagai persoalan--terutama di bidang pendidikan dan humanisme.

Menyambut 100 tahun Driyarkara, Tempo menyuguhkan sosok sang filsuf, yang demi memperkenalkan filsafat ke khalayak umum pernah memiliki program "Ceramah-ceramah filsafat " di Radio Republik Indonesia Yogyakarta dan Jakarta.

Minggu, 1 September 2013

WARNA putih tembok gedung Kapel St Nikolaus, Stasi Kedunggubah, tampak baru dicat ulang. Pintu utamanya berlumur warna biru muda yang segar. Keramik cokelat susu pelapis lantainya juga tidak terlihat usang.

Gereja kecil yang resmi berdiri pada 3 Mei 1992 itu menempati sebidang lahan seluas tak lebih dari seperempat lapangan bola. Lokasinya mudah ditemui karena berada di pinggir jalan aspal yang membelah kawasan Desa Kedunggubah, Kecamatan Kalige

...

Berita Lainnya