Perahu Lupa pada Layarnya

Raja Ampat, kabupaten kepulauan di Papua Barat, kini disebut jantung terumbu karang dunia. Sekitar 75 persen dari semua jenis karang dunia terdapat di sana. Keluarga-keluarga nelayan hidup dengan tradisi dan adatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Semua berlangsung seperti biasa, sampai akhirnya ikan yang merupakan mata pencarian utama mereka tak lagi mudah didapat di daerah-daerah pantai.

Dampak pemanasan global? Yang terang, hidup berubah perlahan: perahu bermotor telah menggantikan perahu-perahu layar peninggalan kakek mereka, dan kenaikan harga bahan bakar belakangan ini mengimpit kehidupan mereka. Berikut ini laporan dan catatan wartawan Tempo, Untung Widyanto, yang berkunjung ke sana akhir bulan lalu.

Senin, 18 Agustus 2008

Perubahan cuaca dan tingginya harga solar sekarang memukul kehidupan nelayan Raja Ampat. Terumbu karang masih terpelihara, tapi ikan mulai susah didapat. Mereka berharap anak-anaknya tidak menjadi nelayan.

Aristoteles Mambraku Watem, 54 tahun, tidak selesai mengikuti bagian akhir acara Mansorandak yang diadakan tetangganya. ”Saya sudah tua, besok pagi harus melaut,” kata warga Kampung Arborek, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, itu

...

Berita Lainnya