Iqbal, Sang ’Allama
TANGGAL 21 April 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya Muhammad Iqbal. Selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar Iqbal adalah mengukuhkan fondasi bagi negara Pakistan, yang berdiri sembilan tahun setelah kematiannya pada 1938. Sebagai filsuf dan penyair, karyakarya lelaki kelahiran Sialkot yang selalu menukil kedalaman Cinta (dengan ”C” besar) ini menerobos lintas negara, lintas keyakinan, lintas zaman. Wartawan Tempo, Akmal Nasery Basral, berziarah ke makamnya di kompleks Masjid Badshahi, Lahore, Februari lalu, dan memaparkan mengapa penyair Urdu dan Persia terbesar di era modern ini dipanggil sepenuh cinta oleh para pengagumnya sebagai ’Allama–orang yang berilmu.
Senin, 14 April 2008
BERDIRI di depan Shahi Qila, sebutan lokal untuk Benteng Lahore yang dinyatakan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO sejak 1981, membuat saya tertegun. Bukan karena bangunan berbentuk trapezoid seluas 20 hektare yang dibangun Kaisar Dinasti Mughal Jalaluddin Muhammad Akbar (1556-1605) itu terlihat begitu megah, melainkan karena pengunjung yang terus mengalir keluar-masuk kompleks benteng layaknya penonton sepak bola yang berbondong-bondon
...