Tak terpisahkan capek, jazz, dan bir

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan. tapi yang dicari bukan musiknya, tapi suasananya.

Sabtu, 2 Oktober 1993

SABTU dua pekan lalu, di Kafe Jamz, Kebayoran, Jakarta. Jam menunjukkan pukul 21.45. Di muka loket berjeruji besi, sejumlah orang berdesak. ''Penuh, Bu, penuh,'' kata satpam di depan loket. ''Mau lihat sebentar saja,'' kata seorang perempuan bersepatu merah. Ruangan yang tidak besar itu memang betul-betul sesak. Di panggung, Idang Rasjidi yang tambun itu sudah berkeringat. Dengan kepala menggeleng dan mata terpejam, kedua tangannya terus berayun di atas ...

Berita Lainnya