Citra

“Daging”, “mata”, “kulit”—yang fisik dan yang psikis—telah membentuk bahasa kekerasan rasisme. Juga di Indonesia.

Goenawan Mohamad

Sabtu, 3 April 2021

RASISME tumbuh dari borok. Ada sisa luka psikis akibat paranoia yang laten dan politik yang cemas. Sebab itu ia bisa tampak liar dan tak masuk akal, tapi pada saat yang sama mampu bersiasat dan menyusun alasan.

Sesekali borok itu—terkena infeksi—menimbulkan demam dan delirium. Agaknya itu yang menyebabkan “rasisme” meledakkan aksi yang menakutkan dan membuat wacana kebencian seperti igauan yang berulang-ulang.

Dunia pern

...

Berita Lainnya