Marang
Dalam gerak itu, sang Buddha bebas dari apa yang disebut Nietzsche sebagai Geist der Schwere, “roh” atau “semangat” yang memberat, yang monumental, permanen, berbobot, penuh pesan kebenaran, angker, tegar. Buddha Ugo, sebagaimana Zarathustra Nietzsche, adalah antithesis terhadap itu semua: senyuman terbaik adalah yang menyambut waktu, menyambut gerak men-jadi yang tak selalu disadari.
Goenawan Mohamad
Sabtu, 10 Oktober 2020
BEGINILAH kita memandang hal ihwal dunia: “Seperti mimpi, gelembung udara, ilusi, bayang-bayang, seperti bintang jatuh, tetes embun dan kilat petir.” — Sutra Vajra Prajna Paramita
Sejak pukul 14, selama 10 jam, kita bersama papan tulis, kapur, dan annica: Perupa Ugo Untoro menggambar.
Sebelumnya, sebuah undangan digital beredar, menjelaskan:
Melalui proyek menggambar secara langsung di atas sepuluh papan tulis selama sepuluh
...