Menyusuri Jakarta Bersama Laksmi
…. Karena itulah, dalam kehidupan Ki Ageng kita melihat makanan sebagai seorang "pendamping" yang baik. Ia memainkan peran fisik, peran emosional-spiritual, dan peran sosial yang penting, dan semua dengan sama ajeknya. Inilah yang membuat kesehari-harian tidak menjadi monolitik, sehingga penggeng eyem Pak Joyoboyo bisa menghadirkan suasana hati yang berlainan: bacchanalian campur sexist (dada mentok itu begitu "empuk, ayu, dan cokelat"); semeleh, karena di balik nafsu yang terbangkitkan oleh "bau gurih manis bercampur harum", ada keheningan sejenak bagi perjuangan hidup penjajanya…. (Umar Kayam, Sang Gourmet, Laksmi Pamuntjak, TEMPO Edisi 29 April-5 Mei 2002)
Minggu, 13 Oktober 2002
NEGERI ini memang tidak begitu pandai menyadari kelebihan isi-nya. Dan jika Laksmi Pamuntjak meluncur di bumi Indonesia yang semrawut ini—bukan di Singapura yang sudah rapi atau di AS yang sudah maju—pasti itu ada tujuannya. Setidaknya tujuan agar kita bisa menghargai kekayaan tanah air bernama Indonesia ini, yang luar biasa dengan berbagai rasa. Laksmi menunjukkan itu dengan cintanya kepada makanan dalam buku Jakarta Good Food Guide 2002-200...