Revolusi Bahasa dalam Politik Gender(Tanggapan atas kolom Ayu Utami)

Senin, 12 Januari 2015

Mariana Amiruddin*

Sejumlah pemikir perempuan menemukan bahwa hampir semua bahasa dunia ternyata tidak netral gender. Bahasa kemudian perlu menjadi ruang politik gender. Apa yang disemayamkan dalam bahasa ternyata kental dengan bias patriarki. Deborah Cameron, seorang ahli linguistik, mengatakan bahwa "kata" tidak memiliki makna, tapi masyarakat yang memaknainya (words don't mean, people mean). Kata lakilaki, perempuan, pria, dan wanita telah dimak

...

Berita Lainnya