TEMPO, 25 November 1989

Senin, 6 Desember 2004

BERPENAMPILAN sederhana. Lebih sering memakai sepatu sandal, kecuali bertemu presiden. Bicaranya ceplas-ceplos. Tangkas berargumentasi, kadang kala ditingkahi kelakar segar yang memancing tawa. Itulah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)—organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dengan massa saat itu 20 juta orang—untuk jabatan 1984-1989. Ia lalu terpilih kembali untuk

...

Berita Lainnya