Sang Ustad di Sudut Sinetron
Sang ustad, ubannya mencorong, kumis dan jenggotnya sarat?sesarat pengalaman hidupnya. Pagi itu, di hadapan ratusan jemaah masjid di sebuah perumahan mewah, ia berbagi cerita. Dan itulah perjalanan spiritualnya yang berawal dari suatu pojok pasar, tempat ia "berdinas" sebagai centeng.
Bang Malik?demikian panggilan centeng itu?berkeyakinan: kekerasan adalah "bahasa" terbaik. Semua seakan berlangsung wajar, sampai akhirnya ia kehilangan orang-ora
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini