Malin Kundang dan Politik Identitas Minang
Perempuan itu tidak hanya membatukan kembali Malin Kundang, tapi juga istri Malin serta ibu dan ayah Malin. Semuanya kembali dibatukan. Perempuan itu bukan seorang ibu, bukan seorang kekasih. Ia bukan siapa-siapa. Mereka semua dibatukan, masing-masing dengan selembar sarung yang menutupi seluruh tubuh aktor.
Pembatuan dalam adegan ini bisa jadi jembatan baru antara personifikasi totemistik dan personifikasi ideologis dalam melihat legenda Malin
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini