maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Catatan Pinggir Baru

Dari Catatan Pinggir ke Marginalia. Meski tak rutin, Goenawan Mohamad tetap menulis rubrik ini.

arsip tempo : 171165782512.

Goenawan Mohamad di Salihara, Jakarta, 28 Juli 2022. Tempo/M Taufan Rengganis. tempo : 171165782512.

HARI ini 46 tahun lalu, 5 Maret 1977, Catatan Pinggir pertama "mengudara". Redaksi majalah Tempo mengumumkan rubrik baru ini sebagai pengganti Fokus Kita, rubrik yang berisi cerita di balik berita, kisah para wartawan meliput sebuah perkara, sekaligus mengenalkan awak redaksi Tempo—model majalah berita mingguan baru waktu terbit pertama 6 Maret 1971.

Fokus Kita lebih terasa sebagai “Surat dari Redaksi” majalah Time, majalah Amerika Serikat yang sejak awal memang jadi rujukan Tempo. Bedanya, Surat dari Redaksi Time berisi profil wartawan dengan cerita yang berbeda-beda karena jurnalis majalah itu terserak di seluruh dunia. Sementara itu, di Tempo, jumlah wartawannya sedikit sehingga cerita-cerita segera membosankan.

Redaksi Tempo pun mengganti Fokus Kita menjadi Catatan Pinggir. Namanya mengingatkan pada “marginalia”, coretan-coretan di tepi halaman buku. Rubrik ini memang ditujukan untuk mengisi kekosongan halaman dengan komentar atas sebuah peristiwa hangat—waktu itu belum dikenal rubrik Opini atau editorial. 

Di rubrik Catatan Pinggir, pembaca bisa tahu siapa yang menulisnya karena by line dicantumkan di akhir artikel, yakni Goenawan Mohamad. Ia pendiri dan pemimpin redaksi pertama Tempo. Perubahan nama rubrik memberikan kesempatan kepada Goenawan meluaskan tema dan pokok bahasan. Nadanya juga berubah. Bukan hanya “Kecap Dapur” redaksi Tempo, tapi juga refleksi atas apa yang terjadi sepekan lewat. 

Refleksi Goenawan, waktu itu 36 tahun, berangkat dari apa saja. Mula-mula dari sebuah buku atau film. Di pertengahan 1970-an, tak banyak toko buku. Membaca buku adalah kemewahan. Terdorong meluaskan isi pemikiran para penulis dunia, Goenawan membahasnya di rubrik ini. Tapi pembahasannya bukan resensi yang berisi ulasan. Buku di Catatan Pinggir seperti diajak bicara. Goenawan memakai bacaan dan pemikiran lain untuk “bercakap” dengan isi buku yang sedang dibahasnya, menolak pemikiran penulisnya, meragukan, atau menyetujuinya.

Catatan Pinggir pun berkembang menjadi esai yang khas, bahkan esai pendek yang melekat pada Goenawan Mohamad sendiri. Isinya juga bukan sekadar refleksi peristiwa aktual, buku, atau film, tapi meluas ke pelbagai hal: filsafat, ekonomi, keadilan sosial, hak asasi manusia, ilmu-ilmu, ideologi, serta pemikiran-pemikiran baru di dunia yang masih asing di Indonesia. Goenawan bahkan menuliskan reportase dan catatan jika baru pulang dari negeri-negeri yang jauh.

Selama 46 tahun itu Goenawan jarang absen menulis Catatan Pinggir. Dari 2.392 pekan itu, ia mungkin hanya satu-dua kali tak menulis. Itu pun bukan karena tak sempat, tapi karena ia sedang di kota kecil yang tak memiliki mesin faksimile atau jaringan Internet. Sewaktu pemakaian telepon seluler meluas, Goenawan mengirim Catatan Pinggir sepanjang 3.000 karakter per kalimat melalui pesan pendek (SMS) karena ia sedang melancong ke sebuah desa kecil di Eropa.

Panjang naskah Catatan Pinggir berubah seiring dengan waktu. Catatan Pinggir awal hanya 2.300 karakter atau dua kolom majalah. Kemudian menjadi 3.000-an karakter. Makin panjang setelah Tempo terbit kembali pada Oktober 1998. Kini panjang Catatan Pinggir kira-kira 5.000 karakter. Itu kenapa ciri khas lain dari rubrik ini menjadi hilang, yakni ilustrasi Edi R.M. yang diletakkan di tengah-tengah artikelnya.

Setahun lalu, Goenawan Mohamad meminta redaksi Tempo—generasi setelah bredel 1994 dan terbit kembali 1998—memikirkan kemungkinan mengganti rubrik ini dan mencari penulis baru. Ide ini mengendap berbulan-bulan sampai akhirnya ada keputusan Catatan Pinggir tetap ada. Goenawan Mohamad tetap menjadi penulisnya. Tapi ia tak akan rutin menulis setiap pekan.

Penggantinya adalah sekumpulan penulis yang dijaring dari pelbagai minat dan disiplin keilmuan. Mereka adalah Ulil Abshar Abdalla, Akhmad Sahal, Ayu Utami, Avianti Armand, Laksmi Pamuntjak, Haidar Bagir, Martin Sinaga, Nirwan Dewanto, Nirwan Ahmad Arsuka, Rizal Mallarangeng, dan Robertus Robet. Mereka akan bergiliran menulis rubrik “Marginalia”, yang akan muncul setiap pekan.

Semoga kehadiran para penulis baru yang akan mengisi majalah Tempo mulai edisi 13 Maret 2023 menambah ragam pemikiran dan khazanah pengetahuan, seperti cita-cita pendirian rubrik Catatan Pinggir 46 tahun lalu.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 24 Maret 2024

  • 17 Maret 2024

  • 10 Maret 2024

  • 3 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan