Tafsir Hujan di Musim Hujan
Dua petarung turun ke gelanggang. Mereka bertelanjang dada dan menggenggam erat cambuk rotan di tangan kanan. Tangan kiri memegang tamiang (tameng). Mereka menari-nari, menanti aba-aba dari wasit, dalam iringan nada gamelan yang rancak. Sejurus kemudian keduanya saling pukul dengan sungguh-sungguh hingga darah mengucur. Luka-luka itu dianggap sebagai persembahan bagi para dewa agar bersedia menurunkan hujan dan membasuh kemarau panjang.
Ritual
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini