Sang Gembala Rasa Sakit
Bayangan kupu-kupu, dengan sayap hancur terbakar, luruh dengan cepat sebelum lenyap di kegelapan. Hamparan kupu-kupu mati, laksana kuntum bunga di taman, tertanam pada sebatang jarum panjang yang menembus perut. Bangkai keindahan itu membeku dalam es loli atau terapung di gelas koktail berwarna merah darah. Citra sang seniman, dengan mata melotot, seakan tergila-gila menjilati atau menggigitnya.
Itulah idiom baru yang berkembang dalam karya-kar
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini