Terbentang di jantung Teluk Persia, Bahrain pernah gilang-gemilang di masa lalu oleh kekayaan peradaban ataupun perniagaan.
Di masa kini, Bahrain "hanya"-lah kerajaan mungil—di tengah negara-negara besar Jazirah Arab—yang harus menghadapi ancaman keringnya kekayaan sumur-sumur minyak. Tapi, di tangan Syekh Hamad bin Isa al-Khalifa, Raja Bahrain sejak 1999, kejayaan masa lampau itu dibangkitkan kembali lewat rupa-rupa jalan. Dari menggenjot pariwisata dan olahraga—Bahrain menjadi tuan rumah balap mobil Formula Satu, April silam—hingga membebaskan wanita dari tabu-tabu politik. Wartawan TEMPO, Endah W.S., mengunjungi negeri itu beberapa waktu lalu. Berikut ini laporannya.
Datanglah ke Bahrain. Dan saksikan dari dekat betapa kekuatan uang menjalari padang-padang gurun. Saksikan bagaimana dinar para emir mengubah lautan pasir cokelat menjadi "karpet hijau" raksasa dengan rumput segar, rumpun-rumpun perdu, serta danau-danau kecil nan jernih. Di Riffa Golf Club, sebelah selatan Bahrain, panorama oasis itu bisa disesap sepuas hati. Melihat TEMPO melongo di depan Riffa, Abdullah Saleh, pemuda Bahrain asal
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.